MAKALAH
EKOLOGI TUMBUHAN
Tentang
“SUKSESI TUMBUHAN”
OLEH :
NAMA : ASHARI ROMANSAH
NPM : 09220028
Dosen Pengampu : Purtasih, Mpd
JURUSAN MIPA PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
STKIP
HAMZANWADI SELONG
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahuwata'ala, berkat izin dan karunia-Nyalah sehingga penulis memiliki
kesempatan menyelesaikkan makalah EKOLOGI TUMBUHAN tentang ”Suksesi
Tumbuhan” sesuai dengan waktu yang telah diberikan meski banyak kekurangannya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat pengetahuan tambahan.
Karena itu kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat bapak Purtasih.Mpd selaku Dosen dan
Pembimbing Mata kuliah Ekologi
tumbuhan
Makalah ini di susun untuk memenuhi syarat
menyelesaikan studi kami,Penulis menyadari bahwa dalam pnyusunan makalah ini
banyak hal-hal yang perlu disempurnakan dan diperbaiki, oleh karenanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
makalah ini, agar dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Pancor, 20 juni 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................................. iii
1. Latar Belakang..................................................................................................... iii
2. Rumusan Masalah................................................................................................
v
3. Tujuan................................................................................................................... v
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................. 1
1.
Pengertian suksesi............................................................................................... 1
2.
Jenis suksesi......................................................................................................... 3
3.
Proses terjadinya suksesi..................................................................................... 6
4.
Macam macam suksesi...................................................................................... 10
5.
Suksesi dan Keaneka ragaman hayati............................................................... 18
BAB III : PENUTUP........................................................................................................ 24
A.
Kesimpulan............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Mengamati suatu lahan yang di
biarkan maka dari tahun ke tahun dapat melihat adanya perubahan mula-mula lahan
yang kosong di tumbuhi lumut dan rumput, kemudian semak,perdu, dan terkhir
pohon. Jika lahan itu luas maka setelah sekian puluh tahun lahan tersebut dapat
berubah menjadi hutan.
Komposisi spesies dalam komunitas akan bervariasi sepanjang waktu dibeberapa spesies keimpahannya menurun, sedangkan yang lain meningkat. Beberapa perubahan mungkin hanya merupakan fluktuasi lokal yang kecil sifatnya, sehingga tidak memberikan arti yag penting. Perubahan lainnya mungkin sangat besar atau kuat sehingga mempenngaruhi sistem secara keseluruhan. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara tertatur disebut dengan suksesi, dan suksesijuga bisa diartikansebagai perubahan yang langsung dalam komposisi komunitas dan asosiasi biologis serta sifat-sifat ekosistem.
Kajian perubahan ekosistem dan stabilitasnya memrlukan perhatian yang tidak sedehana, ini meliputi aspek-aspek yang sangat luas seperti siklus materi atau nutrisi, produktivtas, konsep energi, kaitannya dengan masalah pertanian dan juga dengan masalah konservasi. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut dengan klimaks. Dalam kondisi ini sering dikatakan bahwa sebuah ekosistem dalam kondisi meostasis, sebuah kondisi dimana ekosistem dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai respon yang koordinasi dari komponen penyusun sub-sub sistem terhadap tiap rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi normal komunitas.
konsep suksesi ( Relay Floristic )
Konsep ini mendasarkan suksesi pada sistem perubahan komunitas yang teratur secara hierarki yaitu terjadi perubahan gradual menuju staus klimaks. Ide klasik dari suksesi diterangkan secara detail oleh clement yang mengembangkan teori suksesi tumbuhan dan perkembangan komunitas yang disebut hipotesis monoklimaks. Menurut clements komunitas biotik merupakan superorganisme yang sangat terintegrasi yang berkembang dengan proses suksesi menuju satu titik akhir di area manapun yang disebut klimaks. Spesies tumbuhan pada fase pioner akan mengubah lingkungan sehingga lingkungan tersebut sesuai untuk spesies-spesies ang lainnya, siklus ini terjadi secara terus menerus sehingga status klimaks tercapai.
Menurut pendapat ini suksesi terbalik tidaklah mungkin kecuali jika ada gangguan. Asumsi pertama dari teori ini menyatakan bahwa pergantian satu spesies dengan yang lainya disebabkan pada masing-masing tahapan dalam hidupnya, spesies-spesies tersebut mengubah lingkungan sehingga lingkngan yang ditempati menjadi kurang sesuai untuk dirinya dan lebih sesuai untuk yang lain.
Iklim merupakan faktor penentu dalam proses menuju klimaks. Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks karena beberapa faktor selain iklim, misalnya ada perubahan tipe tanah, dipakai untuk penggembalaan hewan, terbakar, dan lain-lain. Dengan demikian, vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna ( tahap sebelum klimaks yang sebenarnya ), baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut subklimaks. Komunitas tanaman subklimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang atau penghambat di hilangkan.
2. Rumusan masalah
a. Bagaimanakah
proses suksesi di alam?
b. Apakah
yang mempengaruhi suksesi?
3. Tujuan
a. untuk
mengetahui proses suksesi di alam
b. Untuk
mengetahui hal yang mempengaruhi suksesi
BAB II
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN SUKSESI
Perubahan komposisi dan struktur
dalam komunitas dapat dengan mudah di-amati atau terlihat dan seringkali
perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain setelah
beberapa gangguan, seperti kebakaran besar atau ledakan gunung berapi. Daerah
yang terganggu itu bisa dikolonisasi oleh berbagai varietas spe-sies, yang
secara perlahan-lahan digantikan oleh suatu komunitas spesies lain.
Dinamika di alam adalah suatu
kenyataan yang tidak dapat diingkari. Segala se-suatu yang sekarang ada
sebenarnya hanyalah merupakan suatu stadium dari deretan proses perubahan yang
tidak pernah ada akhirnya. Keadaan keseimbangan yang tam-paknya begitu mantap,
hanyalah bersifat relatif karena keadaan itu segera akan ber-ubah jika salah
satu dari komponennya mengalami perubahan.
Lucy E. Braun (1956) mengatakan
bahwa vegetasi merupakan sistem yang dina-mik, sebentar menunjukkan pergantian
yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat hubungan dengan
habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah mencapai keseimbangan.
Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep
suksesi.
Komunitas yang terdiri dari berbagai
populasi bersifat dinamis dalam interaksi-nya yang berarti dalam ekosistem
mengalami perubahan sepanjang masa.Proses per-ubahan atau perkembangan
ekosistem atau komunitas yang berlangsung menuju ke-dewasaan dan keseimbangan
kesatu arah yang berlangsung lambat secara teratur, pasti, dan terarah serta
dapat diramalkan disebut SUKSESI. Suksesi terjadi akibat dari modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem, dan terjadinya faktor
per-saingan di antara satuan-satuan vegetasi menyebabkan perubahan ke arah
tertentu. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas mantap (EKOSISTEM
KLIMAKS), aki-bat telah tercapai keadaan seimbang (HOMEOSTATIS).
Suksesi vegetasi menurut Odum (1971)
adalah urutan proses pergantian komu-nitas tanaman di dalam satu kesatuan
habitat, adanya pergantian komunitas cenderung mengubah lingkungan fisik
sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai kese-imbangan biotik dan
abiotik tercapai, sedangkan menurut Salisbury (19..) adalah ke-cenderungan
kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai men-capai
klimaks, dan menurut Clements (1974) adalah proses alami dengan terjadinya
ko-loni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks.
Suksesi merupakan proses yang
menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya
mencapai kestabilan pada fase klimaks. Kli-maks merupakan fase kematangan yang
final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan
vegetasi dalam suatu iklim.
Interaksi dari semua faktor
lingkungan yang berpengaruh akan menentukan komposisi jenis vegetasi komunitas.
Dengan demikian keberadaan tegakan vegetasi akan bervariasi antar satu tipe
dengan tipe lainnya bahkan terdapat variasi antar unit hu-tan.Faktor lingkungan
yang membatasi jumlah spesies yang hidup pada suatu tahap suksesi dikenal ke
dalam dua kategori, yaitu (Mueller (1974) :
- Faktor lingkungan yang mengakibatkan stres terdiri dari fenomena-fenomena yang membatasi hasil fotosintesa seperti cahaya, air, unsur hara tanah dan suhu;
- Faktor yang berhubungan dengan terjadinya kerusakan baik kerusakan sebagian maupun keseluruhan biomassa vegetasi seperti serangan hama, patogen atau ma-nusia.
Umumnya komunitas tumbuhan terbentuk
mulai dari tingkat pioner yang kemu-dian digeser oleh seri tumbuhan yang lebih
dewasa sampai pada komunitas yang relatif stabil dan berada dalam keseimbangan
dengan lingkungan setempat. Perubahan da-lam suksesi bersifat kontinu, dimana
rentetan suatu perkembangan dan pergantian ko-munitas merupakan suatu seri
komunitas yang terbentuk pada keadaan tertentu disebut SERE, dan komunitas yang
sudah mencapai kemantapan dan permanen disebut KLI-MAKS. Proses suksesi yang
berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem klimaks, dapat diartikan bahwa
komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari
respon (tanggapan) yang terkoordinasi dari komponennya terha-dap setiap
rangsangan yang cenderungmengganggu kondisi atau fungsi normal komu-nitas.
Laju pertumbuhan populasi dan
komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian
menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan
populasi dan komposisi spesies pada tahap berikut-nya adalah faktor lingkungan
yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hi-dup permudaan jenis-jenis tertentu.
Gambar 1. Suksesi pada habitat darat
Menurut Clements (1974), dalam
mekanisme suksesi dikenal adanya enam sub-komponen, yaitu :
- nudasi :terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
- migrasi :tersebarnya biji
- eksesis :proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi
- kompetisi :adanya pergantian spesies
- reaksi :perubahan habitat karena aktivitas spesies
- final stabilisasi, klimaks :komunitas stabil
Beberapa ahli berpendapat bahwa
proses suksesi selalu progresif (selalu meng-alami kemajuan), sehingga membawa
pengertian ke dua hal:
- Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
- Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).
Namun demikian perubahan-perubahan
vegetasi tersebut bisa mencakup hi-langnya jenis-jenis tertentu dan dapat pula
suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat dari degradasi setempat.
Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi mi-salnya hilangnya mineral dalam
tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi
retrogresif atau regresi (suksesi yang mengalami kemunduran).
Konsep lama tentang suksesi
menyatakan bahwa suksesi berlangsung secara teratur, pasti, terarah, dapat
diramalkan, dan berakhir dengan komunitas klimaks, kon-sep ini masih diterima.
Sedangkan menurut konsep mutakhir, suksesi ini tidak lebih dari pergantian
jenis-jenis pionir oleh jenis-jenis yang lebih mantap dan dapat menyesuai-kan
secara lebih baik dengan lingkungannya.
- JENIS SUKSESI
Mueller (1974) menyatakan, suksesi
ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suk-sesi sekunder. Perbedaaan dua tipe
suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses terjadinya suksesi.
- Suksesi primer(Primarysuccession)
Suksesi
primermerupakan suatu tahapan perubahan
komunitas biotik ke ko-munitas biotik lain, yang dimulai dengan kehadiran
tumbuhan pioner disuatu tem-pat berbatu yang belum pernah dijumpai adanya
komunitas biotik tersebut sebe-lumnya, kemudian menjadi ekosistem hutan klimaks
(climax forest ecosystem). Ter-jadi bila komunitas asal mengalami gangguan
berat sekali, sehingga mengakibat-kan komunitas asal hilang secara total, dan
di tempat komunitas asal terbentuk ko-munitas lain di habitat baru tersebut.
Pada
habitat baru ini tidak ada lagi organisme yang membentuk komunitas asal
tertinggal, gangguan ini dapat terjadi secara alami seperti letusan gunung api,
tanah longsor, endapan lumpur dimuara sungai, endapan pasir di pantai, maupun
akibat aktivitas manusia seperti pertambangan, dll. Pada habitat tersebut
secara perlahan, searah, dan pasti akan berkembang menuju suatu komunitas yang
klimaks dalam waktu lama, proses ini disebut suksesi primer. Proses suksesi
primer ini membu-tuhkan waktu yang lama sampai ratusan tahun.
Suksesi
primer dimulai di atas bongkahan batu pada pulau yang baru timbul, delta yang
baru terbentuk, danau baru dan sebagainya. Pelapukan batu-batuan pa-da
ekosistem yang rusak total karena pengaruh iklim (hari panas, kering dan waktu
hujan, dingin atau basah), mengandung bahan unsur mineral dan organik yang
da-pat ditumbuhi oleh tetumbuhan pioner (lumut kerak dan algae). Pengaruh iklim
te-rus berlangsung hingga bahan mineral dan bahan organik semakin tebal
sehingga dapat ditumbuhi oleh tumbuhan herba dan tahunan. Jika jalannya suksesi
dipenga-ruhi atau ditentukan oleh iklim disebut dengan klimaks-klimatis.
Jika dipengaruhi oleh habitat / tanah disebut klimaks edaphis. Tumbuhan
atau organisme yang mam-pu menghuni untuk pertama kalinya substrat yang baru
digolongkan sebagai or-ganisme pionir yang mempunyai toleransi besar
terhadap berbagai faktor lingkung-an yang ekstrim.
Gangguan
ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi,
endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan
dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan
minyak bumi. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuk-nya suksesi di
Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan
gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (li-kenes) serta
tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan keke-ringan.
Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permuka-an lahan,
sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan
mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karma aktivitas peng-uraian
bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks
susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat
tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan
dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan
menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi seba-liknya.
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terns meng-adakan
pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan
tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi
rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi
dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terben-tuklah hutan.
Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem
mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak
banyak mengubah ekosistem itu.
Suksesi primer terjadi
bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas
asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat
baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan
gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di
pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan
timah, batubara, dan minyak bumi. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya
suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas
letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken)
serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan.
Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan,
sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan
mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karma aktivitas penguraian
bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks
susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat
tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan
dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan
menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.
Sementara itu, rumput
dan belukar dengan akarnya yang kuat terns mengadakan pelapukan lahan.Bagian
tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal.
Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka
terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon
mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem
disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni
perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem
itu. Lihat Gambar 7.11.
2.
Suksesi
sekunder
Proses
suksesi sekunder relatif sama dengan yang terjadi pada suksesi primer. Perbedaannya
terletak pada keadaan kerusakan dan kondisi awal dari habitatnya. Terjadinya
gangguan menyebabkan komunitas alami tersebut rusak baik secara alami maupun
buatan, dimana gangguan tersebut tidak merusak total komunitas dan tempat hidup
organisme sehingga substrat lama (substrat tanah sudah terben-tuk sebelumnya),
masih ada komunitas awal yang tersisa. Maka pada substrat terse-but terjadi
perkembangan komunitas yang selanjutnya disebut suksesi sekunder. Proses
kerusakan komunitas disebut denudasi,
yang dapat disebabkan oleh api, pengolahan, angin kencang, banjir, gelombang
laut, penebangan hutan, dan kegi-atan-kegiatan biotis lainnya menyebabkan
vegetasi asal musnah. Proses suksesi se-kunder ini membutuhkan waktu sampai
puluhan tahun.
Pada
suksesi sekunder benih ataupun biji-biji bukan berasal dari luar tetapi dari
dalam habitat itu sendiri. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh kebakaran,
banjir, angin kencang dan gelombang laut (tsunami) secara alami dan penebangan
hutan secara selektif, pembakaran padang rumput secara sengaja dan kegiatan
biotis menyebabkan vegetasi asal musnah. Contoh seperti tegalan,
semak belukar bekas ladang, padang alang-alang dan kebun karet dan kebun kelapa
sawit yang ditinggalkan, adalah sebagian dari contoh komunitas sebagai hasil
dari contoh ko-munitas sebagai hasil suksesi. Komunitas ini masih mengalami
perubahan menuju kearah komunitas klimaks, kecuali bila dalam proses tersebut
terjadi lagi gangguan, maka suksesi akan mundur lagi dan mulai kembali dari
titik nol. Penelitian di dekat Samarinda, Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa
pembentukan padang alang-alang terjadi hanya dalam waktu 4 tahun setelah
penebangan hutan primer atau hu-tan klimaks, memperlihatkan perubahan yang
terjadi setelah ditebang habis dan kemudian dibakar setiap tahun untuk
dijadikan ladang padi.
- PROSES TERJADINYA SUKSESI
Proses pergantian antar tingkat
dalam suksesi primer untuk mencapai klimaks, dapat membutuhkan waktu puluhan,
ratusan bahkan ribuan tahun. Sedangkan waktu yang dibutuhkan suksesi sekunder
lebih cepat dibandingkan dengan suksesi primer. Tingkat perubahan komunitas
berlangsung dalam periode pendek dengan perkem-bangan yang cepat, hal ini
disebabkan habitat (tanah dan air) sudah terbentuk untuk menyokong pertumbuhan
vegetasi. Proses yang terjadi selama proses suksesi dapat diringkaskan sebagai
berikut :
- Perkembangan sifat substrat atau tanah yang progresif, misalnya terjadinya pertam-bahan kandungan bahan organik sejalan dengan perkembangan komunitas yang semakin kompleks dengan komposisi jenis yang lebih beraneka ragam daripada sebelumnya.
- Semakin kompleksnya struktur komunitas, peningkatan kepadatan, dan tingginya tumbuhan, sehingga dalam komunitas terbentuk stratifikasi.
- Peningkatan produktifitas sejalan dengan perkembangan komunitas dan perkem-bangan tanah.
- Peningkatan jumlah jenis sampai pada tahap tertentu dari suksesi.
- Peningkatan pemanfaatan sumber daya lingkungan sesuai dengan peningkatan jumlah jenis.
- Perubahan iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis bentuk hidup (life form) tumbuhan dan struktur komunitas.
- Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks.
Kecepatan proses suksesi pada suatu
komunitas atau ekosistem dipengaruhi oleh faktor, antara lain :
- Luasnya komunitas asal yang rusak karena gangguan
- Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu
- Kehadiran tumbuhan pemencar biji dan benih
- Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa bjiji, spora dan benih la-in, serta curah hujan yang mempengaruhi perkecambahan biji dan spora dan per-kembangan semai selanjutnya.
- Macam atau jenis substrat baru yang terbentuk
- Sifat-sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Gambar 2. Suksesi di ekosistem
daratan yang mengarah ke perairan
Suksesi sekunder
terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk secara alami maupun
buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga
dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contohnya,
gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan
gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan
sengaja.
Contoh komunitas yang
menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang
alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak
terurus. Lihat Gambar 7.12.
Ekosistem merupakan
suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada
bermacam-macam ekosistem.
1. Susunan Ekosistem
Dilihat dari susunan dan
fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut.
a. Komponen autotrof
(Auto = sendiri dan trophikos
= menyediakan makan).
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b. Komponen heterotrof
(Heteros = berbeda, trophikos = makanan).
Heterotrof merupakan
organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan
tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah
manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c. Bahan tak hidup
(abiotik)
Bahan tak hidup yaitu
komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari.
Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan,
atau lingkungan tempat hidup.
d. Pengurai (dekomposer)
Pengurai adalah
organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme
mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil
penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat
digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan
jamur.
- Macam-macam Ekosistem
Secara garis besar
ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem
perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.
a. Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah
ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak
geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa
bioma, yaitu sebagai berikut.
1. Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun
terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan
padang rumput.
Ciri-ciri bioma gurun
adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi
(bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu
sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat
besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di
gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus,
atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk
menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal,
katak, dan kalajengking.
2. Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di
daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah
curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur.
Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang
ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung
pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar,
serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
3. Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah
tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan
200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara
satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama
antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk
tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang
langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar
matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu
sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan
khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara
lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
4. Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur
terdapat di daerah beriklim sedang,
Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
5. Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di
belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah
suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas
satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah
sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan
burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
6. Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di
belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di
puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji
semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu
beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Hewan yang hidup di
daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah
panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya
muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
b. Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air
tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan
terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis
ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat
dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di
air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga
biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti
sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai
akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air,
tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar
dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan
menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air
tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan
osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem
ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air tawar
merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme
dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
1. Berdasarkan aliran
energi, organisme dibagi menjadi autotrof
(tumbuhan), dan fagotrof
(makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof
atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.
2. Berdasarkan kebiasaan
hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
a. Plankton;
terdiri alas fitoplankton dan zooplankton;
biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton;
hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston;
organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,
misalnya cacing dan remis. Lihat Gambar.
hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston;
organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,
misalnya cacing dan remis. Lihat Gambar.
Ekosistem air tawar
digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air
tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
1. Danau
Danau merupakan suatu
badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi
hingga ratusan meter persegi.
|
Gbr. Berbagai Organisme Air Tawar
Berdasarkan Cara Hidupnya |
Di danau terdapat
pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat
ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik.
Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di
danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin.
Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di
dasar.
Komunitas tumbuhan dan
hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan
hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.
a) Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas organisme
sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom),
berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan
semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang
sering mencari makan di danau.
b. Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang
jauh dari tepi dan masih
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai
fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama
musim panas dan musim semi.
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai
fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama
musim panas dan musim semi.
Zooplankton yang sebagian besar termasuk
Rotifera dan udang-
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-
ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-
ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c. Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu
daerah afotik danau.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
d. Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau
tempat terdapatnya bentos
dan sisa-sisa organisme mati.
dan sisa-sisa organisme mati.
Gbr. Empat Daerah Utama Pada Danau
Air Tawar
Danau juga dapat
dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :
a. Danau Oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau
yang dalam dan
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b. Danau Eutropik
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang
dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat di daerah profundal.
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat
berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang
masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia,
misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang
memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi
peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi
detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau
tersebut.
Pengkayaan danau seperti
ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat
digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
2. Sungai
Sungai adalah suatu
badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan
garis lintang.
Komunitas yang berada di
sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung
keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus.
Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman
berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas
hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering
dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame.
Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di
daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
Organisme sungai dapat
bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya
bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.
Beberapa jenis serangga
yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran
air.
c. Ekosistem air laut
Ekosistem air laut
dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
1. Laut
Habitat laut (oseanik)
ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55%
terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di
daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang
dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu
air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap
subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah
menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga
memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut
dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara
horizontal.
1. Menurut kedalamannya,
ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.
1.
Litoral
merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
2.
Neretik
merupakan daerah yang
masih dapat ditembus cahaya
matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
3.
Batial
merupakan daerah yang
dalamnya berkisar antara 200-2500 m
4.
Abisal
merupakan daerah yang
lebih jauh dan lebih dalam dari
pantai (1.500-10.000 m).
pantai (1.500-10.000 m).
2. Menurut wilayah
permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari
tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
1.
Epipelagik
merupakan daerah antara
permukaan dengan kedalaman
air sekitar 200 m.
air sekitar 200 m.
2.
Mesopelagik
merupakan daerah dibawah
epipelagik dengan kedalam
an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
3.
Batiopelagik
merupakan daerah lereng
benua dengan kedalaman
200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
4.
Abisalpelagik merupakan daerah dengan
kedalaman mencapai
4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
5.
Hadal
pelagik merupakan bagian laut
terdalam (dasar). Kedalaman
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan
ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan
ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
Di laut, hewan dan
tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan
tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak
minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis
melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara
aktif.
2. Ekosistem pantai
Ekosistem pantai
letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut.
Ekosistem pantai
dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di
pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat
keras.
Daerah paling atas
pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa
jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan
burung pantai.
Daerah tengah pantai
terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang,
porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora,
kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
Daerah pantai terdalam
terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam
invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Komunitas tumbuhan
berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai
berikut.
1. Formasi pes caprae
Dinamakan demikian
karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea
pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini
menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput
angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah
darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan),
dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
2. Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi
tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia,
Guettarda, dan Erythrina.
Bila tanah di daerah
pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar
napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang
oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat
digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan
di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.
Jika tanah pasang surut
tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera,
Acgicras, dan Cylocarpus.
3. Estuari
Estuari (muara)
merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Salinitas air berubah
secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga
dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai
memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang
hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton.
Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari
sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari
juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
4. Terumbu
karang
Di laut tropis, pada
daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang
batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang.
Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis
dapat berlangsung.
Terumbu karang didominasi
oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium
karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun
substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.
Hewan-hewan yang hidup
di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai
invertebrata, mikro organisme,
dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak
laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
Seluruh ekosistem di dunia
disebut biosfer. Dalam biosfer, setiap makhluk hidup menempati lingkungan yang
cocok untuk hidupnya. Lingkungan atau tempat yang cocok untuk kehidupannya
disebut habitat. Dalam
biologi kita sering membedakan istilah habitat untuk makhluk hidup mikro,
seperti jamur dan bakteri, yaitu disebut substrat.
Dua spesies makhluk
hidup dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memiliki relung
(nisia) berbeda. Nisia adalah status fungsional suatu organisme dalam
ekosistem. Dalam nisianya, organisme tersebut dapat berperan aktif, sedangkan
organisme lain yang sama habitatnya tidak dapat berperan aktif. Sebagai contoh
marilah kita lihat pembagian nisia di hutan hujan tropis.
Jika vegetasi yang ada kemudian
musnah dan timbul lahan kosong disebut la-han sekunder atau lahan
terdenudasi. Suksesi sekunder mempunyai tahap yang lebih sedikit daripada
suksesi primer, dan biasanya klimaks pada suksesi sekunder lebih cepat dicapai.
Sebaliknya proses suksesi primer
berjalan lambat, hal ini disebabkan oleh ke-adaan iklim batuan yang kering yang
disertai belum terbentuknya tanah. Karenanya hanya tumbuhan tertentu yang dapat
hidup pada keadaan tersebut. Spesies pertama hidup di atas habitat yang belum
pernah ditumbuhi tumbuhan disebut tumbuhanpioner, contoh lumut. Tumbuhan
lumut umumnya sangat sedikit pengaruhnya dalam penghan-curan bongkah batuan
menjadi tanah. Lumut dan tumbuhan berpembuluh merupakan penyokong terbesar
dalam pembentukan tanah dan vegetasi.
Ada beberapa macam tipe suksesi
berdasarkan habitatnya yaitu:
- Hidrosere
Tipe
suksesi yang berkembang di daerah (habitat) perairan yang biasanya disebut Hidrarch.
Vegetasi yang sering berganti dalam hidrarch disebut hidrosere. Tipe
suksesi ini tidak selalu memerlukan komunitas aquatik untuk menuju ke
perkem-bangan komunitas daratan. Jika air yang ada dalam jumlah cukup besar dan
sangat dalam atau jika air selalu bergerak kuat (gelombang) atau adanya
kekuatan fisik lain, suksesi menghasilkan suatu komunitas aquatik yang stabil
dan sukar meng-alami pergantian. Jadi suksesi ini hanya terjadi jika kolonisasi
komunitas tumbuhan menempati kolam buatan yang kecil dan dangkal, serta diikuti
terjadinya erosi ta-nah di tepi danau, sehingga batas air akan semakin kecil
dan hilang setelah waktu yang lama. Tumbuhan pelopor adalah tumbuhan air yang
terendam, kemudian di-ganti tumbuhan terapung seperti eceng gondok, kemudian
lumpur rawa, rumput daratan, semak dan akhirnya pohon. Pada kolam, eceng gondok
berangsur-angsur akan menutup permukaan air, kemudian akumulasi seresahnya baru
menumpuk di dasar kolam dan kemudian mengubah kolam menjadi rawa dengan jenis
tumbuh-an baru menggangti jenis tumbuhan sebelumnya. Secara berangsur-angsur
kemu-dian habitat menjadi lebih kering dengan aerasi yang lebih baik yang
akhirnya akan terjadi tanah yang cukup matang dan tebal.
- Halosere
Suksesi
yang dimulai pada tanah bergaram atau air asin, biasanya dimulai dari jenis
tumbuhan yang tahan kadar garam tinggi, seperti Spindifec, Ipomea
pescapre dll.
- Xerosere
Suksesi
vegetasi yang berkembang pada daerah xerik(kering), disebut Xerarch.
Suksesi xerik biasanya terjadi pada lahan yang tinggal batuan induknya saja.
De-ngan demikian tumbuhan yang mampu hidup disitu hanyalah tumbuhan yang ta-han
kering dan mampu hidup di tanah miskin. Tumbuhan pioner adalah lumut ke-rak
(Lichenes) dalam bentuk lapisan kerak. Dalam proses respirasi Lichenes akan
mengeluarkan CO2yang akan bereaksi dengan H2O membentuk H2CO3.
Asam karbonat ini akan bereaksi dengan bahan-bahan dari batuan induk sehingga
melepaskan ikatan partikel batuan. Partikel batuan yang lepas itu akan bereaksi
de-ngan sisa-sisa Lichenes yang mengalami pembusukan, mengikat N yang terbawa
oleh air hujan. Kondisi seperti itu tidak sesuai lagi bagi lumut kerak sehingga
lumut kerak mati. Setelah itu akan muncul vegetasi jenis lain yaitu Thallus
(Thallophyta). Demikian seterusnya vegetasi pertama akan memberikan pengaruh
pada habitat yang tidak cocok untuk vegetasi kedua.Urut-urutan terjadinya
proses ini:Lumut kerak — lumut kerak berdaun — lumut — rumput-rumputan (herbaceus)
— semak (shrubs) — pohon-pohonan.Tidak semua proses suksesi xerik seperti di
atas. Kalau habitat permukaannya merupakan pasir maka akan dimulai oleh rumput
tahan ke-ring, baru kemudian semak dan pohon-pohonan.
Suksesi
xerosere, ada 3 macam, didasarkan pada substrat awal yaitu:
- Psammosere : suksesi vegetasi yang dimulai pada daerah berpasir.
- Lithosere : suksesi vegetasi yang dimulai pada batuan.
- Serule : suksesi untuk mikroorganisme (bakteri, fungsi) dalam sisa-sisa produsen/konsumen.
- SUKSESI DI PERAIRAN (AQUATIC SUCCESSION)
Suksesi alami pada perairan umumnya
dijumpai pada kolam-kolam dan danau yang terjadi secara bertahap akibat
masuknya bahan tererosi dari sekeliling ekosistem daratan. Proses ini terjadi
karena kuantitas partikel tanah yang tererosi tidak dapat dihin-darkan dari
darat dan mengendap atau tertinggal di dalam kolam atau danau. Tumbuh-an
akuatik memproduksi detritus juga berkontribusi terhadap proses pengendapan.
Tahap selanjutnya terjadinya pergerakan tumbuhan darat ke arah dalam perairan
se-cara bertahap yang dimulai oleh tumbuhan air ke tumbuhan darat berupa
rumput-rum-putan sampai pada semak dan pohon, sehingga kolam dan danau hilang
sama sekali.
Gambar 2. Suatu seri suksesi pada ekosistem danau
- PENYEBAB SUKSESI
Beberapa faktor penyebab suksesi
baik alami maupun tidak alamai atau buatan berikut ini adalah :
- Iklim : tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang membawa akibat rusaknya ve-getasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan meng-ubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa ke-adaan yang tidak menguntung-kan pada vegetasi.
- Topografi : suksesi terjadi karena perubahan kondisi tanah, antara lain:
- Erosi : erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan ak-hirnya proses suksesi dimulai.
- Pengendapan (sedimentasi) : erosi yang melarutkan lapisan tanah, disuatu tem-pat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkan-nya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat ter-sebut.
- Biotik : pemakan tumbuhan seperti serangga yang menjadi pengganggu di lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.
- Bencana Alam : peristiwa bencana alam dapat menghilangkan semua jenis mahluk hidup disuatu tempat atau hanya menghilangkan sebagian, demikian pula pada ha-bitat. Kemudian di habitat yang baru secara perlahan muncul komunitas baru kem-bali.
- SUKSESI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.
Pada tahapan awal setelah terjadi suksesi alami,
spora dan biji dari bermacam-macam tumbuhan menyerbu dan populasi keturunan
dari berbagai hewan juga me-nyerbu kesekitar tempat tersebut. Suksesi ekologis
tidak menyebabkan terbentuknya spesies baru, tetapi memantapkan adaptasi
spesies lama terhadap kondisi baru. Pada awal tahapan suksesi memang hanya akan
dijumpai hanya satu atau beberapa jenis organisme, akan tetapi pada tahap-an
suksesi selanjutnya yang menuju pada ekosistem klimaks akan diikuti dengan
semakin bertambah dan bervariasinya jenis atau spesies sehingga akan
meningkatkan keanekaragaman hayati didaerah tersebut.
- API DAN SUKSESI
Api adalah salah satu faktor abiotik yang mempunyai
hubungan khusus dengan suksesi. Kira-kira 75 tahun yang lalu, ahli pengelolaan
hutan menggolongkan api seba-gai potensi perusak dan pengendali komunitas. Ini
berarti potensi yang dimiliki oleh api ada yang jelek dan ada pula yang baik,
dan peningkatan program pencegahan bahaya api untuk mengurangi bahaya api
dibanyak wilayah kurang memberikan harapan.
Bagaimanapun pencegahan bahaya api
tidak dapat melindungi semua ekosistem yang ada. Hutan pinus di sebelah barat
Amerika Serikat yang sama sekali bersih dan terbuka mendatangkan kekusutan
dengan ranting dan cabang dari pohon yang telah mati. Kayu yang mati ini
menjadi lahan untuk perkembangbiakan dari serangga pelu-bang kayu menyebabkan
terjadinya pengurangan dan kematian pohon.
Di Padang rumput, rumput secara
bertahap diambil alih oleh scrubby (semak), spesies kayu yang
menghalangi usaha penggembalaan. Di daerah California, regene-rasi dari
kecambah kayu merah mulai dihalangi oleh perbanyakan spesies broadkaf.
Sekarang diakui bahwa api, yang selalu dimulai oleh penyinaran, adalah faktor
abiotik alami, sama dengan semua faktor abiotik lain. Spesies yang berbeda,
mempunyai ting-kat frekuensi ketahanan berbeda terhadap api. Spesies broadkats
seperti juga therrbuds menunjukkan, bahwa mereka sensitive dari
kerusakan yang diakibatkan oleh api.
Ekosistem yang keberadaannya
tergantung kepada keseringan terjadinya keba-karan disebut EKOSISTEM API KLIMAKS.
Dalam kategori ini telah termasuk berbagai padang rumput dan hutan pinus.
Sebagai kesimpulan adalah: konsep yang paling pen-ting untuk mengenal
kestabilan ekosistem tidak hanya tergantung pada keseimbangan populasi sebagai
komunitas biotik, tetapi juga hubungan antara komunitas biotik dan faktor
abiotik di lingkungan tersebut. Sudah sangat jelas pula jika satu atau lebih
dari faktor fisik lingkungan tersebut berubah maka komunitas biotik dapat
terdesak ke ting-kat fluktuasi dimana spesies tertentu akan mengalami
stress dan dapat saja mati, tapi spesies yang lain justru meningkat jumlahnya.
- KONSEP KLIMAKS
Tingkat akhir dari suksesi suatu
komunitas tumbuhan, adalah tercapainya kese-imbangan dengan keadaan lingkungan.
Jadi pada tingkat ini hubungan langsung antara tumbuhan dengan lingkungannya
telah mencapai suatu stabilisasi. Tumbuhan lain yang datang bermigrasi
ke dalam komunitas tumbuhan itu tidak akan mudah mendapatkan tempat yang sesuai
untuk perkembangannya.
Suksesi
vegetasi yang menempati habitat utama disebut SERE,sedangkan variasi
yang terjadi diantaranya disebut SERAL. Komunitas yang timbul pada
susunan itu di-sebut KOMUNITAS SERAL. Biasanya komunitas seral itu tidak
tampak dengan jelas, karena hanya terdiri dari beberapa spesies tumbuhan
dominan. Tumbuhan pertama yang tumbuh di habitat yang kosong disebut tumbuhanPIONER.
Lazimnya suksesi tumbuhan tidak menunjukkan suatu seri bertahap-tahap tetapi
terus menerus dan me-rupakan pergantian yang lambat dan kompleks. Spesies
dominan dari suatu komunitas akan tetap stabil dalam jangka waktu yang lama.
Kemudian akan bercampur dengan vegetasi baru. Vegetasi baru ini mungkin
menggantikan vegetasi yang telah ada tetapi mungkin juga tidak (bila komunitas
yang baru itu tidak menghendaki kondisi yang di-ciptakan menjadi dominan
terutama dari segi kondisi pencahayaan).
Jika berubah habitat menjadi ekstrem, sehingga tidak memenuhi syarat untuk
tumbuhnya tumbuhan awal maka akan digantikan oleh tumbuhan lainnya yang sesuai
dengan lingkungan yang baru, kemudian tumbuhan sehingga tumbuhan baru bisa
menjadi dominan. Setelah beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu
saat habitat akan terisi oleh spesies-spesies yang telah teradaptasi dan mampu
bereproduk-si dengan baik, hal inilah yang disebut suatu kimunitas telah
mencapai KOMUNITAS KLIMAKSyang matang, dapat memelihara dirinya sendiri
dan selanjutnya bila ada per-gantian, maka pergantian itu relatif sangat
lambat.
Di dalam kondisi klimaks ini
spesies-spesies dapat mengatur dirinya sendiri dan dapat mengolah habitat
sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan invasi baru. Di dalam konsep
klimaks ini Clements berpendapat:
- Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya kli-maks yang sama.
- Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks de-ngan iklim itu saling berhubungan, kemudian klimaks ini disebut Klimaks Klimatik.
- Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.
Karena iklim sendiri menentukan
pembentukan klimaks maka dapat dikatakan bahwa klimaks klimatik akan
tercapai pada saat kondisi fisik di sub stratum tidak ekstrem untuk terjadinya
perubahan terhadap keadaan iklim di suatu wilayah. Terkadang kli-maks
dimodifikasi begitu besar oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan
kandungan air, klimaks seperti ini disebut Klimaks Edafik. Secara
relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan lain dari klimatik di suatu wilayah,
hal ini disebabkan adanya faktor edafik yang mempunyai karakteristik yang
tersendiri.
Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa
faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, penggembalaan ternak,
keterge-nangan dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan
yang ti-dak sempurna (tahap sebelum klimaks) baik oleh faktor alam atau
buatan,keadaan ini disebut Sub Klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks
akan cenderung untuk menca-pai klimaks sebenarnya jika faktor
penghalang/penghambat dihilangkan.
Gangguan terhadap modifikasi klimaks yang sebenarnya dapat menyebabkan
terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi), dan keadaan ini disebut Dis-klimaks(Ashby,
1971). Sebagai contoh vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya
vegetasi yang sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1971)
mengistilahkan klimaks tersebut dengan pyrix klimaks. Tumbuhan yang domi-nan
pada pyrix klimaks misalnya antara lain: Melastoma polyanthum, Macaranga sp,
dan Melaleuca leucadendron.Jika pergantian iklim secara temporer
menghentikan perkem-bangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan
maka disebut Pre Kli-maks
Pada keadaan iklim dimana vegetasi
dilindungi dari manusia, penyakit, serangga dan api, maka kecambah yang tumbuh
akan hampir sama jenisnya dengan vegetasi do-minan.Vegetasi berada dalam
keadaan seimbang dengan iklim, tanah dan hewan her-bivora. Semua unsur-unsur
lingkungan tidak berubah, bentuk vegetasi dengan pola jenis-jenis utamanya akan
tetap demikian. Vegetasi yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan
lingkungannya, kemungkinan masuknya jenis lain hampir tidak ada, karena bekerja
faktor-faktor pembatas, sedangkan pertumbuhan vegetasi dikendalikan oleh
pengaruh dari faktor-faktor pembatasnya untuk vegetasi tertentu. Vegetasi yang
demikian sekarang dikatakan berada dalam keadaan klimaks.
Tingkat akhir dari perkembangan komunitas tumbuhan ini
disebut “klimaks”. Ada
dua pendapat mengenai bagaimana klimaks ini dapat dicapai oleh suatu komunitas
tumbuhan, yaitu :
- Teori Monoklimaks
Berpendapat
bahwa tiap daerah hanya mengalami satu kali klimaks saja. Ekolo-giawan pioner
seperti Braun-Blanquet dan Clements mengatakan bahwa klimaks itu
adalah perkembangan suatu vegetasi dan pembentukan tanah yang telah mencapai
titik akhir setelah dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor iklim. Konsep ini
disebut konsep “monoklimaks“, sebab disini hanya satu faktor alam saja
yang ditonjolkan dan dianggap memegang peranan penting, yaitu faktor iklim.
Dalam konsep mono-klimaks, Clements memperkenalkan pula beberapa
istilahyang berhubunga de-ngan tingkat-tingkat vegetasi dalam mencapai klimaks.
Istilah itu hanya menun-jukkan saja kesukaran menentukan klimaks dalam skala
waktu.
- Subklimaks : tingkat yang hampir berakhir dari suatu suksesi tetapi tetap bertahan dalam keadaan tersebut dalam masa yang panjang, dan pada akhirnya tercapai juga tingkat klimaksnya.
- Disklimaks : yang berubah setelah tercapainya klimaks disebabkan adanya gangguan terhadap alam lingkungan.
- Postklimaks dan preklimaks : perubahan iklim menurut garis lintang bumi me-nimbulkan perubahan vegetasi meskipun kurang jelas.Bila terjadi suatu fluktuasi keadaan iklim, maka akan timbul pula perubahan pada vegetasinya. Misalnya, bila iklim berubah menjadi dingin dan lebih basah dari kondisi biasa menimbul-kan postklimaks. Sedangkan bila keadaan menjadi lebih hangat dan kering akan menimbulkan vegetasi yang preklimaks.
- Teori Poliklimaks
Berpendapat
bahwa semua komunitas dalam daerah iklim tertentu tidak menca-pai klimaks yang
sama, hal ini dipengaruhi kedaaan fisik habitat bervariasi. Odum dan para ahli
ekologi lainnya, terutama angkatan lebih muda berpendapat bahwa klimaks
merupakan suatu komunitas tumbuhan yang telah mencapai tingkat akhir dan
stabil, setelah mencapai atau melampaui seri-seri suksesi, kestabilan dan
peng-abadian komunitas tumbuhan. Tercapainya pengabadian karena komunitas
tum-buhan telah dapat menyesuaikan dengan satu atau beberapa faktor alam. Oleh
ka-rena itu, konsep terakhir ini disebut “polyklimaks”.
- Konsep Whittaker (1953)
Menyatakan
bahwa sebetulnya tidak ada klimaks yang mutlak untuk tiap habitat, susunan
klimaks mempunyai arti yang relatif untuk suatu keadaan lingkungan dan untuk
semua faktor-faktor ekosistem yang ada. Sehingga baik monoklimaks dan
poliklimaks tidak memenuhi kriteria sesuai dengan kenyataan, karena klimaks
me-rupakan suatu keadaan seimbang dari produktivitas, struktur dan populasi
dengan keseimbangan dinamis dari populasi-populasi yang menentukan.
Keanekaragaman vegetasi klimaks tergantung dari keanekaragaman lingkungan dan
macam populasi yang ada. Keseimbangan di antara pergantian populasi dengan
perubahan-per-ubahan dalam lingkungan, dan vegetasi klimaks merupakan suatu
pola dari popu-lasi yang berhubungan dengan pola penurunan lingkungan
- Teori informasi (Odum 1971)
Dikemukakan
oleh Odum yang merupakan jalan tengah antara teori mooklimaks dan teori
poliklimaks. Odum berpendangan bahwa suatu komunitas baik hewan maupun vegetasi
selalu memerlukan enersi dan informasi dan pada saatnya akan menghasilkan
energi dan informasi. Suatu sistem berkembang, pada permulaannya memerlukan
energi dan informasi sehingga disebut sistem tersubsidi. Pada suatu saat
setelah dewasa akan menghasilkan enersi dan informasi. Sistem ini dikatakan
mencapai klimaks bila perbandingan masukan dan keluaran energi dan informasi
sama dengan satu atau hasil energi dan informasi sama besar dengan masukan
energi dan informasi,sistem yang demikian ini oleh Odum disebut Klimaks.
Kedua konsep / teori monoklimaks dan
poliklimaks memiliki perbedaan, dima-na yang satu hanya menekankan kontrol dari
alam lingkungan terhadap vegetasi kli-maks itu kepada satu faktor alam saja
yaitu iklim, sedangkan yang lainnya menganggap bahwa tidak hanya iklim saja
yang dapat menentukan klimaks dari suatu vegetasi itu, tetapi mungkin juga
faktor-faktor alam lainnya, seperti faktor tanah, faktor biotik dll.
Odum (1971) mengatakan bahwa komunitas
untuk mencapai klimaks akan ber-variasi tidak hanya disebabkan oleh adanya
perbedaan iklim dan situasi fisiografis, te-tapi ditentukan juga oleh
sifat-sifat ekosistem yang berbeda. Ahli lain adalah Oosting, Henry, mengatakan
bahwa teori poliklimaks lebih praktis, dan disokong oleh Michols, Tansley dan
ahli Rusia. Smitthusen (1950), Whittaker (1951-1953) dan ahli ekologi Amerika
lainnyajuga menyokong konsep poliklimaks dan semuanya percaya karena ada fakta
bahwa tingkatan klimaks dinyatakan oleh lingkungan individu serta komunitas
tumbuhan dan bukannya oleh iklim setempat.
Sangat sukar untuk memberi batasan pada apa yang disebut
stabilisasi komu-nitas tumbuhan yang telah mencapai klimaks tanpa
mempertimbangkan soal waktu. Persoalannya sekarang adalah suatu batas waktu
tertentu untuk membedakan komu-nitas-komunitas yang masih mengalami suksesi dan
sudah mencapai klimaks. Bila di-ukur dengan waktu geologi yang panjang dimana
iklim selalu berubah-berubah, ve-getasi dimuka bumi dapat dikatakan tidak
pernah mencapai klimaks dan selalu dalam keadaan suksesi. Kalau demikian adakah
vegetasi yang mencapai klimaks. Dalam hal ini kita perlu meninjau masalah
klimaks ini dalam ukuran waktu yang relatif, bukan dalam ukuran waktu yang
absolut. Hanya dengan cara begitu maka konsep klimaks ini ada manfaatnya bagi
ilmu pengetahuan.
Aspek yang sangat jelas dari
pengertian klimaks secara teoritis adalahharus di-tinjau dari sudut kecepatan
perubahan dalam bentuk suksesinya. Pada tingkat-tingkat permulaan suksesi
tumbuhan, biasanya perubahan bentuk dan komposisi tumbuhan relatif cepat
sekali. Makin tua umur suksesi makin lama pula perubahan-perubahan ve-getasi
terjadi. Kemudian kalau dapat diperkirakan bahwa perubahan yang lama ini
ka-rena vegetasi itu telah mengarah kepada penyesuaian terhadap alam lingkungan
(iklim bagi konsep monoklimaks atau aneka ragam faktor alam bagi konsep
poly-klimaks), maka perubahan itu memang akan berhenti dalam bentuk vegetasi
klimaks.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
- PENGERTIAN SUKSESI
Suksesi merupakan proses yang
menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya
mencapai kestabilan pada fase klimaks. Kli-maks merupakan fase kematangan yang
final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan
vegetasi dalam suatu iklim.
Interaksi dari semua faktor
lingkungan yang berpengaruh akan menentukan komposisi jenis vegetasi komunitas.
Dengan demikian keberadaan tegakan vegetasi akan bervariasi antar satu tipe
dengan tipe lainnya bahkan terdapat variasi antar unit hu-tan.Faktor lingkungan
yang membatasi jumlah spesies yang hidup pada suatu tahap suksesi dikenal ke
dalam dua kategori, yaitu (Mueller (1974) :
- Faktor lingkungan yang mengakibatkan stres terdiri dari fenomena-fenomena yang membatasi hasil fotosintesa seperti cahaya, air, unsur hara tanah dan suhu;
- Faktor yang berhubungan dengan terjadinya kerusakan baik kerusakan sebagian maupun keseluruhan biomassa vegetasi seperti serangan hama, patogen atau ma-nusia.
Umumnya
komunitas tumbuhan terbentuk mulai dari tingkat pioner yang kemu-dian digeser
oleh seri tumbuhan yang lebih dewasa sampai pada komunitas yang relatif stabil
dan berada dalam keseimbangan dengan lingkungan setempat. Perubahan da-lam
suksesi bersifat kontinu, dimana rentetan suatu perkembangan dan pergantian
ko-munitas merupakan suatu seri komunitas yang terbentuk pada keadaan tertentu
disebut SERE, dan komunitas yang sudah mencapai kemantapan dan permanen disebut
KLI-MAKS. Proses suksesi yang berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem
klimaks, dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan
internalnya sebagai akibat dari respon (tanggapan) yang terkoordinasi dari
komponennya terha-dap setiap rangsangan yang cenderungmengganggu kondisi atau
fungsi normal komu-nitas
2.
JENIS SUKSESI
Mueller (1974) menyatakan, suksesi
ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suk-sesi sekunder. Perbedaaan dua tipe
suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses terjadinya suksesi.
1.
Suksesi
primer(Primarysuccession)
Suksesi
primermerupakan suatu tahapan perubahan
komunitas biotik ke ko-munitas biotik lain, yang dimulai dengan kehadiran
tumbuhan pioner disuatu tem-pat berbatu yang belum pernah dijumpai adanya
komunitas biotik tersebut sebe-lumnya, kemudian menjadi ekosistem hutan klimaks
(climax forest ecosystem). Ter-jadi bila komunitas asal mengalami gangguan
berat sekali, sehingga mengakibat-kan komunitas asal hilang secara total, dan
di tempat komunitas asal terbentuk ko-munitas lain di habitat baru tersebut.
- Suksesi sekunder
Proses
suksesi sekunder relatif sama dengan yang terjadi pada suksesi primer.
Perbedaannya terletak pada keadaan kerusakan dan kondisi awal dari habitatnya.
Terjadinya gangguan menyebabkan komunitas alami tersebut rusak baik secara
alami maupun buatan, dimana gangguan tersebut tidak merusak total komunitas dan
tempat hidup organisme sehingga substrat lama (substrat tanah sudah terben-tuk
sebelumnya), masih ada komunitas awal yang tersisa. Maka pada substrat
terse-but terjadi perkembangan komunitas yang selanjutnya disebut suksesi
sekunder. Proses kerusakan komunitas disebut denudasi, yang dapat disebabkan oleh api, pengolahan, angin
kencang, banjir, gelombang laut, penebangan hutan, dan kegi-atan-kegiatan
biotis lainnya menyebabkan vegetasi asal musnah. Proses suksesi se-kunder ini
membutuhkan waktu sampai puluhan tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Susilo, Didik. 2012.
Ekosistem dan Suksesi Ekologi. Dalam http://inspagr.blogspot.com/2012/12/ekosistem-dan-suksesi-ekologi.html
Primack, Richard B. dan
Mochamad Indrawan. 2007. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Aryulina, Diah Dkk.
2006. Biologi 1 SMA dan SMK untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga.
http://putriutami324.blogspot.com/2013/04/suksesi-ekologi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar